Tulisan ini adalah sambungan tulisan saya sebelumnya di sini hos..hos..
Tepat setelah magrib, kereta pun berjalan kembali, enam nasi bungkus yang sudah di beli teman-teman tadi sudah ada di meja kecil yang terdapat di depan kursi masing-masing tiap penumpang yang letaknya dekat dengan jendela, mejanya kecil mungkin seukuran permukaan alat pemukul bola pingpong dan gak lebih besar daripada sebuah piring makan, ya lumayan lah buat naruh sekedar minuman dalam botol besar air mineral dan sejumlah cemilan yang bisa di makan di sepanjang perjalanan. kali ini lampu tetap mati alias padam, dan tanpa penerangan pula serta pengap dan sedikit bonus bau badan, ketika merasa kelaperan maka beberapa teman kami makan di tengah kegelapan yang di barengi dengan sinaran lampu senter dari handphone, seperti handpone andalan saya, nokia jaman jadul, yang salah satu featurenya adalah lampu senter, so sangat berguna sekali pada situasi kali ini, oh iya kenapa handhone jadul saya tersebut masih jadi andalan dan selalu menemani saya dalam setiap traveling atau kegiatan saya sehari-hari dari mulai bangun tidur di pagi hari karena bunyi alarmnya yang kuenceng banget sampe-sampe bisa serumah bangun semua gara-gara tu alarm kenceng banget bunyinya….hahaha… sampe ngantor pun saya bawa karena daya tahan batrenya yang sangat kuat, bisa-bisa 5 hari baru ngecharge sekali, di bandingkan dengan smartphone yang sehari bisa ngecharge 2 kali… #tepokjidat.. mbok ya kalau perkembangan teknologi gadget itu ya di iringi dengan perkembangan di bagian power alias energi, tidak hanya pada fungsi alias kemampuannya saja.. gadget boleh canggih..bisa ini bisa inu… bisa maenin video, bisa internetan, bisa bbman tapi kalau gak ada perkembangan bidang energynya alias powernya alias batrenya ya sama saja.. pas asyik telponan sama emak eh batre abis,jadi kesel kan lo.. anak kurang ajar lo ya di ajak bicara malah di matiin HPnya! pas smsan sama pacar eh handphone mati… bisa mati pula lah cinta kau itu lay! (baca dengan logat batak) hahaha….
Kereta terus melaju dengan kencang, makin kencang pula ini bunyi perut yang kelaparan karena cacing-cacing penghuni perut mulai demo dan berontak karena kelaparan juga hahaha, akhirnya di tengah kegelapan ku santaplah nasih bungkus yang di beli tadi waktu di stasiun cirebon, aku berdoa sebelum makan, semoga tidak terkena ranjau alias cabe rawit hijau yang pedesnya super yang bisa di ibaratkan pedesnya itu seperti kripik mak icih level 5… kalau gak biasa makan pedes, di jamin dhower ewer..ewer….setebal bibir tukul…. wkwkkwkw…. dengan perlahan-lahan..hati-hati sambil mencoba menerjemahkan kiranya benda apa yang ada di mulut sebelum di gigit beneran, kiranya itu permukaannya halus dan gak ada rasanya dan juga bentuknya kecil kira-kira 3cm jangan di gigit… karena itu cabai hijau, jangan sampai kalau kegigit cabe hijau yang super pedes itu nanti kau kebakar mulutmu..wkwkkwkw…kriuk kres… pedes… ya tuhan… akhirnya aku kena ranjau cabe rawit hijau yang super pedas itu… bergegas aku teriak… air..mana air…air… hua…hua… pedeeeesss cuuuuk… hahahha…langsung ku sambar sebungkus air yang ada di meja…glek..glek… langsung abis tuh subungkus plastik air putih dari cirebon.
Setelah beberapa saat berjalan sebelum sampai di semarang, kereta berhenti, entah apa nama tempatnya, kalau gak salah namanya labuhan, kami sempat bertanya-tanya di dearah mana ya kita berhenti ini? dari sebelah kanan tampak gelap dan banyak pepohonan sementara sebelah kiri tampak seperti danau yang ada airnya, akhirnya untuk menghilangkan rasa penasaran, aku turun dari kereta, dan ketika ku lihat… ternyata itu laut.. hahaha..
Sekitar pukul 11 malam, kereta nyampe di Semarang, kereta berhenti cukup lama, kirain keretanya mogok ternayata pihak KAI menambah satu gerbong lagi tepat di gerbong kami, sebuah gerbong kosong dengan separuhnya ada semacam genset yang di pasang di dalamnya, ternyata memang bukan kelistrikannya rusak, tapi memang gak ada gerbong yang ada genset pembangkit listriknya.. wkwkkw….sampe malang pun akan gelap gulita kalau gak ada tambahan gerbong tersebut.
Tidak lama kemudian, kereta melanjutkan hasratnya berlari kencang dengan cukup penerangan, sesekali kami saling bercanda, sesekali sambil menikmati terangnya bulan pernama di balik jendela, kebetulan malam itu bulan lagi terang-terangnya, lalu aku keluarkan kamera dari tasku untuk mengabadikan bulan purnama yang cantik sekali, bulan purnama yang penuh kedamaian, bulan purnama yang mendatangkan rasa kekaguman akan ciptaan Tuhan, tapi hasilnya gak sebagus yang aku harapkan, memotret di malam hari dan berada pada objek yang bergerak tidaklah gampang .
Tita dan Lina makan di tengah kegelapan
elly dan melisa tetap bergaya meskipun sedang tidur.. hahaha
Indahnya bulan purnama
kereta berhenti di persimpangan
to be continued….
[…] Post navigation ← Mengejar Sunrise Bromo… Kereta Kegelapan(2) […]
asiiiikkk..heheehhhehhe…lagi lagi lagii…
hehehe..
mampir juga dong des di seri 1 dan ke 2 nya di
http://ceppek.wordpress.com/2012/06/12/mengejar-sunrise-bromo-hoshos-1/
http://ceppek.wordpress.com/2012/06/13/mengejar-sunrise-bromo-kereta-kegelapan2/